ILMU ALAMIAH DASAR
1.1 Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Manusia mempunyai rasa ingin tahu atau kuriositas terhadap
segala yag ada di alam ini, maka dengan pengalaman itu ia
mengembangkan metode – metode berpikir dari masa ke masa berikutnya sehingga pengalaman
itu berakumulasi dari zaman ke zaman berikutnya.
Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan,
yakni kumpulan fakta – fakta. Pengalaman itu akan bertambah terus selama
manusia ada di muka bumi ini dan mewariskan ilmu pengetahuan itu kepada
generasi berikutnya, pertambahan pengetahuan ( knowledge ) seperti
yang dikemukakan didorong oleh :
1). Dorongan untuk memuaskan diri, yang bersifat
non praktis atau teoris guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat
alam semesta dan isinya.
2). Dorongan praktis, yang memnfaatkan
pengetahuan – pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.
( Maskoeri Jasin, 1998 : 9 )
Kedua dorongan itu menumbuhkan kemajuan ilmu pengetahuan,
dorongan pertama menuju ke ilmu pengetahuan murni (Pure Science) sedangkan
dorongan kedua menuju ke ilmu pengetahuan terapan ( Applied
Science ).
Ilmu Alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif
dan dinamis artinya kegiatan mausia yang tiada hentinya dari hasil percobaan
akan menghasilkan konsep, selanjutnya dari konsep itu mendorong melakukan
percobaan berikutnya dan seterusnya. Ilmu Alamiah merupakan Ilmu Pengetahuan
yang mengkaji tentang gejala – gejala alam semesta, termasuk di muka bumi ini.
Sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar ( Basic Natural
Science ) hanya mengkaji konsep – konsep dan prinsip – prinsip dasar yang
esensial saja. ( Maskoeri Jasin, 1998 : 1 )
Dari beberapa uraian diatas, Ilmu Alamiah Dasar ( Basic
Natural Science ) berarti bahwa tidak hanya mengkaji gejala – gejala alam
yang terjadi, namun juga mengkaji proses – proses alami yang ada di alam
termasuk dalam diri manusia sebagai bagian dari alam semesta. Jadi, Ilmu
Alamiah Dasar adalah Ilmu pengetahuan yang mengkaji konsep – konsep dan prinsip
– prinsip dasar yang esensial terhadap gejala – gejala alam termasuk manusia
itu sendiri sebagai bagian dari alam dan segala yang ada di bumi ini.
Tujuan
Ilmu Alamiah Dasar
Bidang Ilmu Alamiah ditentukan oleh metode ilmiah, karena
bidang ilmu alamiah adalah wahana di mana metode ilmiah dapat diterapkan.
Sedangkan ilmu non alamiah adalah wahana dimana metode ilmiah tidak dapat
diterapkan. Contoh Hipotesa tentang keberadaan Tuhan merupakan konsep ini bisa
menyebabkan orang Atheis.
Sebagai konsekuensi metode ilmiah adalah menerapkan tujuan
Ilmu Alamiah Dasar yaitu membentuk dan menggunakan teori. Beberapa orang
mengatakan tujuan Ilmu Alamiah Dasar adalah mencari kebenaran dan menemukan
fakta. Ilmu Alamiah hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara, dengan
kata lain kebenaran sementara adalah “Teori”. Karena tidak ada sesuatu yang
mutlak tetapi terus mengalami perubahan (contoh tentang teori bumi ini bulat).
Ilmu Alamiah tidak menentukan moral atau nilai suatu
keputusan. Manusia pemakai Ilmu Alamiahlah yang menilai apakah hasil Ilmu
Alamiah itu baik atau sebaliknya. Contoh penemuan mesiu atau bom atom.
Tujuan Ilmu Alamiah Dasar terbagi dua,yaitu :
a)
Tujuan Instruksional Umum
Tujuannya adalah dimana dapat memahami perkembangan
penalaran manusia terhadap gejala-gejala alam sampai terwujudnya metode
ilmiah yang secara khusus dari ilmu pengetahuan Alam.
b)
Tujuan Instruksional Khusus
1. Dapat
menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia.
2. Dapat
menjelaskan perkembangan alam pikir manusia dalam memenuhi kebutuhan terhadap
"Rahasia ingin tahu" nya.
3. Dapat
memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan masyarakat.
1.2 Perkembangan Pikiran Manusia
A. Sifat Unik Manusia
Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah,
sedangkan rohani, akal budi, dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak
mempunyai tanduk, taji, ataupun sengat, maka untuk membela diri terhadap
serangan dari makhluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan
yang merugikan, manusia harus memanfaatkan akal budinya yang cemerlang.
Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya.
Hal ini dapat menimbulkan
efek yang negatif misalnya, manusia dapat mogok makan, dapat minum-minuman
keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri. Kalau tubuh mendapat pengaruh
yang negatif dari lingkungan, maka timbul reaksi yang mendorong tubuh supaya
melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan itu. Tetapi kemauan keras dapat
memaksa tubuh supaya tetap menerima pengaruh yang negatif itu. Jadi, sifat unik
manusia itu adalah akal budi dan kemauannya menaklukkan jasmaninya.
B. Rasa Ingin Tahu
Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara
untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi
adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang.
Dengan kata lain, rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Akal budi
manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Rasa ingin
tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya.
Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi
dengan tujuannya sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan
biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru
membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan.
Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan yang
dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang
memuaskan.
Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
1. Penyelidikan langsung.
2. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah
pernah diperoleh orang lain.
3. Kerjasama dengan penyelidik-penyelidik lain
yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.
Sebenarnya setiap orang mempunyai rasa ingin tahu, meskipun
kekuatan atau intensitasnya tidak semua sama, sedangkan bidang minatnyapun
berbeda-beda. Rasa ingin tahu inilah yang dapat diperkuat ataupun diperlemah
oleh lingkungan.
Jadi rasa ingin tahu tiap manusia pada setiap saat belum tentu
sama kuat, demikian pula kelompok fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu
biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah menurut keadaan. Tidak mungkin
setiap individu mempunyai rasa ingin tahu yang sama kuat terhadap segala
fenomena yang terjadi dari alam.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan
seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan
pada manusia itu sendiri. Hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan
praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam, tetapi pengetahuan
manusia juga berkembang sampai kepada hal-hal tentang keindahan.
Rasa Ingin Tahu Menyebabkan Alam Pikiran Manusia Berkembang. Ada dua macam perkembangan yang akan kita tinjau, yaitu:
Rasa Ingin Tahu Menyebabkan Alam Pikiran Manusia Berkembang. Ada dua macam perkembangan yang akan kita tinjau, yaitu:
1. Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman
purba hingga dewasa ini.
2. Perkembangan alam pikiran manusia sejak
dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan
dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Jadi dengan
kata lain, bahwa alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan
dari dalam, yaitu rasa ingin tahu.
1.3 Mitos, Penalaran, dan Cara Memperoleh Pengetahuan
A. Mitos
Menurut A. Comte, bahwa dalam sejarah perkembangan manusia
itu ada tiga tahap, yaitu:
A. Tahap teologi atau tahap metafisika
B. Tahap filsafat
C. Tahap positif atau tahap ilmu
Dalam tahap teologi atau tahap metafisika, manusia menyusun mitos
atau dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yaitu pengetahuan yang
tidak obyektif, melainkan subyektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa
ingin tahu manusia. Dalam alam pikiran, mitos, rasio atau penalaran belum
terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi, maupun imajinasi.
Menurut C.A. van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang
memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat
ditularkan, dapat pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang,
dan sebagainya. Inti cerita adalah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman
manusia beserta lambang kejahatan dan kebaikan, kehidupan dan kematian, dosa
dan penyucian, juga perkawinan dan kesuburan.
Pada tahap teologi ini, manusia menemukan identitas dirinya. Manusia
sebagai subyek yang masih terbuka dikelilingi oleh obyek yaitu alam, sehingga
manusia mudah sekali dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Lewat mitos inilah,
manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian alam
sekitarnya, dan dapat menanggapi daya kekuatan alam.
Berikut ini akan dijelaskan contoh-contoh mengenai mitos, yaitu:
Berikut ini akan dijelaskan contoh-contoh mengenai mitos, yaitu:
A. Gunung api meletus hebat, menimbulkan gempa
bumi, mengeluarkan lahar panas dan awan panas, sehingga menimbulkan
banyak korban manusia. Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada
tahap mitos (C.A. van Peursen) belum dapat melihat realita ini dengan
inderanya.
B. Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas (raksasa
yang memikul bumi pada bahunya) memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu
yang lain.
C. Gerhana bulan disangka terjadi karena bulan
dimakan raksasa.
D. Bunyi guntur dikira ditimbulkan oleh roda kereta
yang dikendarai dewa melintasi langit.
Mencari jawaban atas masalah seperti itu, dan menghubungkannya
dengan makhluk-makhluk gaib, disebut berpikir secara irasional. Demikianlah
manusia pada tahap mitos atau teologi menjawab keingintahuannya dengan
menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas
pada imajinasi atau intuisi.
Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat
yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya.
Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya
merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat
bisa dirugikan. Selain mitos, yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, ada
juga legenda dan cerita rakyat. Cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara
manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak. Demikian
juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat
indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah
pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut
dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha
lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami
kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan
pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa
itu karena:
A. Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena
keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
B. Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
C. Hasrat ingin tahunya terpenuhi
Legenda adalah cerita
prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi
tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang
benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan
keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada
kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan
dengan makhluk ajaib. Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering
dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu, legenda seringkali
dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory). Walaupun demikian,
karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu,
jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi
sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung
sifat-sifat folklor. Contoh legenda seperti Sangkuriang, La Madukelleng William
Tell, Lutung Kasarung, Dan lain sebagainya.
Cerita rakyat adalah
sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada
umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau
asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat
umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita
rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita
rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak
menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat
Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar
dari mulut ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang
banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat
Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah. Contoh cerita rakyat
seperti Si Pitung, Malin Kundang, Lutung Kasarung, Loro Jonggrang, Keong Mas,
dan lain sebagainya.
B. Penalaran
Penalaran Deduktif (rasionalisme)
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin
berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan
tanpa mengarang mitos.
Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia sesudah tahap mitos,
manusia berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah
terbentuk, tetapi belum ditemukan metode berpikir secara obyektif. Rasio sudah
mulai dioperasikan, tetapi kurang obyektif. Berbeda dengan pada tahap teologi,
pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami
obyek secara dangkal, tetapi obyek belum dimasuki secara metodologis yang
definitif.
Perkembangan alam pikiran manusia merupakan suatu
proses, maka manusia tidak puas dengan pemikiran ini, sehingga
berkembang ke dalam tahap positif atau tahap ilmu. Dalam tahap positif atau
tahap ilmu ini, rasio sudah dioperasikan secara obyektif. Manusia menghadapi
obyek dengan rasio.
Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa alam, misalnya gunung api
meletus yang menimbulkan banyak korban dan kerusakan, manusia tidak lagi
mengadakan selamatan dengan tari-tarian dan nyanyian, tetapi akan mengamati
peristiwa itu, mempelajari mengapa gunung api itu dapat meletus, kemudian
berusaha mencari penyelesaian dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan hasil
pengamatannya. Misalnya, dengan mencegah terjadinya letusan yang hebat. Untuk
mengurangi banyaknya korban, penduduk di sekeliling gunung api tersebut
dipindahkan ke daerah lain. Inilah bukti bahwa manusia lama-kelamaan tidak puas
dengan mitos sebagai pemikiran yang irasional, kemudian mencari jawaban yang
rasional.
Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio dalam usaha
memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan paham yang
disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan
penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang disebut
silogisme. Silogisme itu terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis
minor. Kesimpulan atau konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua
premis tersebut.
Dengan demikian, jelas bahwa penalaran deduktif ini pertama-tama
harus mulai dengan pernyataan yang sudah pasti kebenarannya. Aksioma dasar ini
yang dipakai untuk membangun sistem pemikirannya, diturunkan atau berasal dari
idea yang menurut anggapannya jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Dengan penalaran deduktif ini dapat diperoleh bermacam-macam pengetahuan
mengenai sesuatu obyek tertentu tanpa ada kesepakatan yang dapat diterima oleh
semua pihak. Di samping itu juga terdapat kesulitan untuk menerapkan konsep
rasional kepada kehidupan praktis.
Penalaran Induktif (empirisme)
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran deduktif ternyata
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman
konkret. Mereka yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkret
disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan
yang benar ialah pengetahuan yang diperoleh langsung dari pengalaman
konkret.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan, atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Misalnya, pada pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya,
jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang
diperoleh hanya dengan penalaran deduktif tidak dapat diandalkan karena bersifat
abstrak dan lepas dari pengalaman. Demikian pula dengan pengetahuan yang
diperoleh hanya dari penalaran induktif juga tidak dapat diandalkan karena
kelemahan pancaindera. Karena itu himpunan pengetahuan yang diperoleh belum
dapat disebut ilmu pengetahuan.
C. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Menurut Charles Price ada 4 macam cara untuk memperoleh
pengetahuan yaitu:
1.
Percaya
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
2.
Wibawa
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar.
Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan benar.
3.
Apriori
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
4.
Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah. Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah. Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
1.
Objektif (Pengetahuan
itu sesuai dengan Objek)
2.
Metodik (Pengetahuan
itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol)
3.
Sistematis
(Pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu
sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi
kesatuan yg utuh.)
4.
Berlaku Umum/
Universal (Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh
beberapa orang saja ,tapi semua org dengan eksperimentasi yg sama akan
menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.)
Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
·
Empiris
Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
Yaitu pengetahuan yg disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yg abstrak,namun diperoleh melalui pengalaman yg kongkrit.
·
Rasionalisme
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran
Yaitu suatu cara yg didasarkan pada suatu rasio. Padanganya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yg dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran
Beberapa alasan mengapa manusia mudah menerima mitos
·
Keterbatasan pengetahuan
manusia, pada umunya manusia memperoleh informasi dari cerita orang yang
mengetahui akan suatu hal. Kemudian hal ini bepindah telinga kepada manusia
yang lain. yang menjadi masalah adalah kebenaran tentang informasi atau
pengetahuan yang muncul dan telah menyebar tersebut.
·
Keterbatasan manusia
dalam menalarkan sesuatu, ini dikarenakan kemampuan berpikir manusia pada saat
itu masih latih. Sehingga pemikiran yan dihasilkan dapat benar dan dapat pula
salah.
·
Keingintahuan manusia
yang telah terpenuhi untuk sementara, mengadung pengertian bahwa ketika manusia
tlah mampu menalarkan sedikit hal yang ada dalam pikirannya maka disitulah
letak kepuasan manusia yang diterimanya secara intuisi.
·
Keterbatasan alat indera
manusia, selain beberapa hal diatas keterbatasan manusia terhadap bagaimana Ia
menggunakan alat inderanay masih terbatas sehingga jangkauan yang sangat detail
dalam suatu penciptaan hal yang baru masih bisa diragukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar