Jumat, 30 Oktober 2015

Kekuasaan (5)

1.   Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) menurut Wahjono (2010) adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain dengan tujuan mengubah sikap atau tingkah laku individual atau kelompok dalam organisasi. Menurut Yuki dan Wexley (2005) kekuasaan (power) dapat didefinisikan sebagai kapasitas mempengaruhi perilaku orang lain. Seseorang mempunyai kekuasaan sepanjang terus dapat mempengaruhi tak peduli apakah usaha-usaha dilakukan itu benar-benar mempunyai pengaruh. Menurut Robbins (1996) kekuasaan (power) mengacu pada suatu kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B, sehingga B melakukan sesuatu yang mau tidak mau harus dilakukan.


2.    Sumber-sumber Kekuasaan
Ivancevich, Konopaske, dan Matteson (2007) ada dua kategori kekuasaan dalam organisasi yaitu kekuasaan interpersonal dan struktural.  Dalam setiap kategori terdapat beberapa sumber kekuasaan yang spesifik.
a.    Kekuasaan Interpersonal
Dalam sebuah karya klasik mengenai manajemen dan perilaku organisasi, John French dan Bertram Raven mengajukan 5 sumber interpersonal  dari kekuasaan:
1) Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power). Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya dalam organisasi. Kekuasaan legitimasi, atau sering juga disebut kekuataan posisi berasal dari jabatan yang diduduki orang tersebut. Artinya, organisasi mengizinkan individu yang memegang jabatan tertentu untuk mempengaruhi dan memerintah individu-individu lainnya. Kekuasaan formal inilah yang kita sebut sebagai otoritas (otority).
2) Kekuasaan Imbalan (Reward Power). Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan pada pengikutnya yang menaati perintah. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung penggunaan kekuasaan legitimasi. Bila para bawahan menganggap imbalan yang ditawarkan cukup berharga (seperti pengakuan pemberian tugas yang menarik, kenaikan gaji, kesempatan untuk mengikuti program latihan, dll) mereka akan menyanggupi perintah, permohonan dan arahan. Mesti demikian perlu dicatat bahwa imbalan yang tidak memiliki nilai bagi individu tidak akan mempengaruhi perilaku.
3)   Kekuasaan Koersif (Coercive Power). Kebalikan dari kemampuan memberi imbalan yaitu kekuasaan untuk menghukum. Para pengikut atau bawahan Anda mungkin taat kepada Anda semata-mata karena takut. Seorang manajer bisa menghambat promosi atau mengkritik bawahanyang menunjukkan kinerja buruk. Praktik seperti itu, dan rasa takut yang ditimbulkannya, adalah bentuk kekuasaan koersif. Tentu saja, seseorang tidak perlu berada dalam posisi otoritas untuk menerapkan kekuasaan koersif.
4)  Kekuasaan Keahlian (Export Power). Ketika seseorang memiliki keahlian khusus yang sangat dihargai dalam sebuah organisasi. Para ahli atau pakar dalam suatu bidang tertentu bahkan dapat memiliki kekuasaan meskipun posisi formal mereka dalam organisasi sesungguhnya rendah. Kekuasaan keahlian adalah karakteristik personal, sedangkan kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, dan kekuasaan koersif adalah kekuasaan yang diberikan oleh organisasi.
5)  Kekuasaan Referensi (Referent Power). Adalah kekuasaan yang didasarkan pada identifikasi bawahan dengan seorang atasan. Seseorang yang memiliki karisma dikagumi karena karakteristik yang dia miliki. Kekuasaan karisma seseorang merupakan salah satu indikasi kekuasaan referensi. Karisma adalah istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan sosok politikus, artis, ataupun atlet. Meski demikian, beberapa manajer dianggap karismatik oleh bawahannya.
b.      Kekuasaan Struktural
Setiap organisasi memiliki struktur yang khas, dan karenanya, kekuasaan didistribusikan dengan cara-cara yang berbeda. Organisasi-organisasi yang memiliki lapisan manajemen yang beragam dan struktur organisasi yang hierarkis mungkin memiliki distribusi kekuasaan yang mencolok (artinya, manajer-manajer tingkat atas memiliki kekuasaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan para manajer dibawahnya). Ada beberapa bentuk kekuasaan struktural lain, yang berasal dari sumber daya, pengambilan keputusan, dan informasi.
1)  Sumber Daya. Kanter memberikan argumentasi yang kuat bahwa kekuasaan bersumber dari (1) akses terhadap sumber daya, informasi, dan dukungan, (2) kemampuan mendapatkan kerja sama yang dibutuhkan guna menyelesaikan tugas. Kekuasaan terjadi ketika seseorang memiliki jalur yang terbuka ke sumber daya uang, sumber daya manusia, tekhnologi, material, pelanggan, dan sebagainya. Dalam organisasi, sumber daya yang vital diturunkan melalui jalur hierarki.
2) Kekuasaan Pengambilan Keputusan. Sejauh mana pengaruh seorang individu atau sebuah subunit terhadap pengambilan keputusan mengindikasikan jumlah kekuasaan yang dimiliki orang atau subunit itu. Seorang individu atau sebuah subunit yang memiliki kekuasaan dapat mempengaruhi jalannyaproses pengambilan keputusan, mempengaruhi alternatif- alternatif yang perlu dipertimbangkan, dan mempengaruhi kapan keputusan diambil.
3)  Kekuasaan Informasi. Pengetahuan dianggap oleh beberapa pakar sebagai suatu hal yang jauh lebih bermakna dibanding apapun dalam struktur organisasi. Pengetahuan didefinisikan sebagai sebuah kesimpulan analisis yang disarikan dari data informasi. Data mencakup fakta-fakta, angka-angka statistik, dan hal-hal yang spesifik. Informasi adalah konteks dimana data diletakkan.

Menurut opini saya, kekuasaan merupakan kekmampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun kelompok. Biasanya kekuasaan berada di puncak tertinggi dalam sebuah struktur bidang manapun. Kekuasaan juga sangat melekat pada sebuah pemimpin.




Daftar Pustaka:
Ivancevich, J. M., Konopaske, R., dan Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan Manajemen      Organisasi. Edisi ketujuh. Jilid 2. Diterjemahkan oleh: Dharma Yuwono, S.Psi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Robbins, S. P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontrovesi, Aplikasi. Jilid 2.   Diterjemahkan oleh: Dr. Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo.
Wahjono, S. I. (2010). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yuki, G. A. dan Wexley, K. N. (2005). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Cetakan ketiga. Diterjemahkan oleh: Drs. Muh. Shobaruddin. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono, sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi kelompok dan psikologi terapan). Jakarta : Balai Pustaka
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Sabtu, 24 Oktober 2015

Mempengaruhi Perilaku (4)

Mempengaruhi Perilaku

Model mempengaruhi orang lain dan perannya dalam psikologi manajemen
Cara mempengaruhi orang lain dengan dasar Pendekatan komunikasi persuasi dikemukakan oleh Aristoteles yang menyatakan terdapat 3 pendekatan dasar dalam komunikasi yang mampu mempengaruhi orang lain, yaitu;
1.    Logical argument (logos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan argumentasi data-data yang ditemukan. Hal ini telah disinggung dalam komponen data.
2.   Psychological/ emotional argument (pathos), yaitu penyampaian ajakan menggunakan efek emosi positif maupun negatif. Misalnya, iklan yang menyenangkan, lucu dan membuat kita berempati termasuk menggunakan pendekatan psychological argument dengan efek emosi yang positif. Sedangkan iklan yang menjemukan, memuakkan bahkan membuat kita marah termasuk pendekatan psychological argument dengan efek emosi negatif.
3.   Argument based on credibility (ethos), yaitu ajakan atau arahan yang dituruti oleh komunikate/ audience karena komunikator mempunyai kredibilitas sebagai pakar dalam bidangnya. Contoh, kita menuruti nasehat medis dari dokter, kita mematuhi ajakan dari seorang pemuka agama, kita menelan mentah-mentah begitu saja kuliah dari dosen. Hal ini semata-mata karena kita mempercayai kepakaran seseorang dalam bidangnya.
Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya;
1.    Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan.
2.   Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikate dengan tujuan mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya, bila terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah maka pemerintah dengan pendekatan ketakutan dapat mempersuasi masyarakat untuk mencegah DBD.
3.   Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif. Contoh, iklan-iklan yang menggunakan bintang comedian atau menggunakan humor yang melekat di hati masyarakat.
4.   Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience/komunikate dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negative. Misalnya, iklan rokok dengan dikasi “nggak ada loe nggak rame”

·      Wewenang dan peran wewenang dalam manajemen
Wewenang merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan(legitimate power)
Peran wewenang dalam manajemen.
a.       Wewenang lini (Linie authority) yaitu wewenang yang mengalir secara vertikal. Pelimpahan wewenang dari atas ke bawah dan pengawasan langsung oleh pemimpin kepada staf yang menerimanya.
b.       Wewenang staf (Staf authority) yaitu wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang yang diberikan kepada staf khusus untuk membantu melancarkan tugas staf yang diberikan wewenang lini. Wewenang staf diberikan karena ada spesialisasi adanya tugastugas menegerial yang terkait dengan fungsi staf seperti pengawasan, pelayanan kepada
staf, atau penasihat.

Menurut persepsi saya, kita memerlukan berbagai macam model untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun kelompok  untuk mengikuti suatu nasehat atau aturan. Model ini dapat diterapkan dalam semua bidang seperti psikologi manajemen, sebuah perusahaan, maupun marketing. Dalam psikologi manajemen atau sebuah perusahaan juga terdapat wewenang. Wewenang merupakan pimpinan atau kekuasaan dalam sebuah struktur manajemen.



Daftar Pustaka:
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta : FISE UNY
Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sarwono, sarlito W. (2005). Psikologi social (psikologi kelompok dan psikologi terapan). Jakarta : Balai Pustaka
Anshoriy. N. (2008)  Dekontruksi kekuasaan. Yogyakarta : PT LKiS pelangi aksara Yogyakarta 
Malayu, H. (2008). Manajemen sumber daya alam manusia. Jakarta: Bumi aksara
Robbins. S. & Judge. T. (2008) prilaku organisasi. Jakarta : salemba empat


Jumat, 16 Oktober 2015

Mempengaruhi Perilaku (pertemuan 3)

Mempengaruhi Perilaku

Definisi Pengaruh
Menurut Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang dan tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
Menurut Norman Barry, pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan agar bertindak dengan cara tertentu, terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
Selain itu menurut Albert R. Roberts & Gilbert pengaruh merupakan wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang saat tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan.
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan  proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
1.    Persuasi Rasional
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut.
2.    Permintaan Inspirasional
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut.
3.    Konsultasi
Pemimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut.
4.    Menjilat
Pemimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran  yang menguntungkan  pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
5.    Permintaan Pribadi
Pemimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu.
6.    Pertukaran
Pemimpin menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas.
7.    Taktik Koalisi
Pemimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut.
8.    Taktik Mengesahkan
Pemimpin mencoba untuk menetapkan validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan, hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
9.    Menekan
Pemimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan.

Kunci-kunci perubahan perilaku
Perubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher & Gochros, 1975)
Karakteristik perubahan perilaku
a.         Fokus kepada perilaku (prosedur perubahan perilaku dirancang untuk merubah perilaku bukan merubah karakter atau sifat seseorang)
    -Perilaku yang dirubah disebut target perilaku meliputi perilaku yang berlebihan atau perilaku yang tidak/kurang dimiliki oleh orang
b.        Prosedurnya didasarkan kepada prinsip-prinsip behavioral. Perubahan perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip dasar yang awalnya berasal dari penelitian eksperimental dengan binatang dilaboratorium (Skiner, 1938).
c.       Penekanannya kepada peristiwa-peristiwa didalam lingkungan. Perubahan perilaku meliputi asesmen dan perubahan peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempunyai hubungan fungsional dengan perilaku
d.      Treatment dilakukan oleh orang didalam kehidupan sehari-hari (Kazdin, 1994). Perubahan perilaku akan lebih efektif  apabila dikembangkan oleh orang-orang yang berada dilingkungan individu yang perilakunya menjadi target perubahan seperti guru, orangtua atau orang lain yang dilatih tentang perubahan perilaku
e.        Pengukuran perubahan perilaku. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi dilakukan untuk melihat perubahan perilaku. Asesmen terus dilakukan setelah intervensi untuk melihat apakah perubahan perilaku yang sudah terjadi dapat terjaga.
f.       Mengabaikan peristiwa-peristiwa masa lalu sebagai penyebab perilaku. Penekanan perubahan perilaku kepada peristiwa-peristiwa lingkungan saat ini yang menjadi penyebab perilaku sebagai dasar pemilihan intervensi perubahan perilaku yang tepat.

g.         Menolak hipotetis yang mendasari penyebab perilaku. Skiner (1974) menjelaskan bahwa dugaan terhadap penyebab yang mendasari perilaku tidak pernah dapat diukur atau dimanipulasi untuk menunjukkan hubungan fungsional perilaku.


Daftar Pustaka:

Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta : FISE UNY
Nasikun. (1993). Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Anshoriy. N. (2008)  Dekontruksi kekuasaan. Yogyakarta : PT LKiS pelangi aksara Yogyakarta 
Malayu, H. (2008). Manajemen sumber daya alam manusia. Jakarta: Bumi aksara
Robbins. S. & Judge. T. (2008) prilaku organisasi. Jakarta : salemba empat

k





Jumat, 09 Oktober 2015

Komunikasi (pertemuan 2)

KOMUNIKASI
Defini Komunikasi
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. (Shannon & Weaver)
Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. (Raymond S. Ross).

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Hafield menyatakan suatu definisi baru mengenai pengertian komunikasi, ia menyatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian”
Dalam kata communis terdapat makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pengertian Komunikasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI terbitan Balai Pustaka, 2002), komunikasi adalah: (1) Pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak. (2). Perhubungan



Dimensi Komunikasi

Dimensi Isi
Dimensi isi disandi secara verbal dan menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan.

Dimensi Hubungan
Dimensi hubungan disandi secara nonverbal dan menunjukkan bagaimana cara menunjukkan dan mengisyarakatkan bagaimana proses komunikasi antara satu sama lain dan bagaimana seharusnya pesan tersebut disampaikan. Dalam komunikasi massa dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Contoh: pengaruh artikel dalam surat kabar bukan bergantung pada isinya, namun bergantung juga pada siapa penulisnya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan yang dipakai, dll.

Dimensi Arah
Komunikasi dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah merupakan satu orang memberikan informasi kepada orang lainnya tanpa ada timbal balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga memberikan informasi, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya.


Daftar Pustaka:
Sehfudin, Arif. 2011. Dalam Skripsi: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Komunikasi Organisasi Dan Motivasi kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Skripsi: Semarang
Siregar, Kholijah. 2006. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Kepuasan Kerja Karyawan (Kasus Bagian Produksi). Skripsi: Bogor
Rogers, Everett. & Shoemaker F. Flaoyd. 1971, Communication of Innovation. London: Free Press Macmillan Publishing
Ochojana, Onong Effendy. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek.Bandung:  PT. Remaja Rosda Karya

Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Jumat, 02 Oktober 2015

Pengertian Psikologi Manajemen dan Organisasi (pertemuan 1)

A.  Pengertian Psikologi
Secara etimologi manajemen berasal dari kata Yunani “psycho” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi Psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut Ilmu Jiwa.
Secara terminologi Psikologi menurut kesimpulan para ahli adalah ilmu yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu. Dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

B.   Pengertian Manajemen
Secara etimologis manajemen berasal dari kata “management” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Secara terminology yang diambil kesimpulannya menurut para ahli manajemen adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendaya gunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

C.    Pengertian Psikologi Manajemen
Psikologi manajemen adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka melaksanakan funsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

D.  Pengertian Organisasi
-          Dalam arti Statis (diam)
Merupakan wadah atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen berlangsung, dengan gambaran yang jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan wewenag, dan garis komando dan tanggung jawab.

-          Dalam arti Dinamis (bergerak)
Merupakan proses kerjasama antara orang-orang yang tergabung dalam suatau wadah tertentu umtuk mencapai tujuan bersama seperti yang telah ditetapkan secara bersama pula.




Daftar Pustaka:

Anoraga, Pandji. 2001. Psikologi Kepemimpinan, Cetakan Ketiga, Rineka Cipta, Jakarta.
Abu, Ahmadi, Psikologi umum, Edisi Revisi 2009
Arifin, Rois, dkk. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Bayumedia, Malang.
Bennis, Warren G. 1969. Organizational Development, Its Nature, Origins and Prospects, Addison Wesley, Reading Mass. 
Munir, M., Ilaihi, wahyu., Manajemen Dakwah, Kencana; Jakarta. 2009.
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi : Struktur, Desain, dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Alih Bahasa Jusuf Udaya, Arcan, Jakarta.