Job Enrichment
1.
Pengertian
Job Enrichment
Job enrichment didefinisikan
sebagai cara untuk memotivasi karyawan dengan memberikan mereka tanggung jawab
lebih dan variasi dalam pekerjaan mereka (Hezberg. F, 1950). Teori
motivasi Herzberg menjelaskan bahwa untuk memotivasi karyawan, pekerjaan perlu
diperkaya (enriched ) sehingga memberi kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan (achievement ), pengakuan(recognition), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement ),dan pertumbuhan (growth).
Job enrichment merupakan
kombinasi beberapa aktifitas dari penampang vertikal dari organisasi menjadi satu pekerjaan unt-uk memfasilitasi karyawan dengan tanggung jawab dan
otonomi lebih, serta peningkatan kerja yang lebih mendalam tentunya dengan
menerapkan unsur-unsur manajemen. Ide ini digunakan untuk mengembangkan
pengalaman akuntabilitas yang kuat dengan mengijinkan mereka mengatur jam
kerjanya, mengoreksi kesalahannya, danmemutuskan jalan terbaik untuk
menjalankan berbagai tugas.
2. Langkah-langkah dalam redesign pekerjaan untuk job enrichment
a. Menggabungkan
beberapa pekerjaan menjadi satu.
1) Menjadi
lebih besar
2) Lebih
bervariasi
3) Kecakapan
lebih luas
b. Memberikan
modul kerja untuk setiap pekerja.
c. Memberikan
kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
1) Kesempatan
mengatur prosedur kerja sendiri
d. Memberikan
kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
1) Orang
– orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
e. Menciptakan
sarana – sarana umpan balik.
1) Pekerja
dapat memonitor koreksi diri.
3. Pertimbangan-pertimbangan dalam Job Enrichment
a. Jika
pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi
secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan
meningkat.
b. Absensi
– absensi dan perpindahan kerja akan berkurang.
c. Dimensi
inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja (
Hackman dan Oldham ), yaitu:
1) Keragaman
ketrampilan (skill variety)
Banyaknya
ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam
ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang
berbeda, display (etalase) yang berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan
pencatatan penjualan.
2) Jati
diri tugas (task identity)
Tingkat
sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya
dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang dirasakan
sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak
merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang penjualan dan konsumen,
kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3) Tugas
yang penting (task significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain,
baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama
maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan
berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk
panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa
panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan
kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung
akan memberi manfaat kepada pelanggan).
d. Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian
ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan
pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan
peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja. Misalnya,
seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan tender dari
klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk menarik
perhatian klien . Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri waktu kerja
dan waktu istirahat.
e. Umpan
balik (feed back)
Memberikan informasi kepada para pekerja tentang hasil pekerjaan
sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja pekerjaan.
Misalnya, dalam menjual produk salesman didorong untuk mencari sendiri informasi,
baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai segala hal yang
berkaitan dengan jabatannya serta meminta pendapat konsumen tentang barang‑barang
yang dijual, pelayanan, dll. Jadi kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul karena adanya
dimensi utama dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah
termotivasi secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job
enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Antonioni,
D., 1996. Designing an effective 360-degree appraisal feedback process, Organizational Dynamics, Autumn
Baron,
R.A., & Greenberg, J., 1996. Behavior in Organizations 3rd ed. Boston, M.A.,
: Allyn dan Bacon (A Division of & Schuster, Inc).
Dessler,
Gary. 2001. Manajemen Personalia Teknik dan Konsep Modern. Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar